PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING)
1. Pengertian CTL
Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses
pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan atau konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
CTL
merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan
lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning),
yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini
diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru
lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning) menemukan (inquiri), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya
(authentic assessment)
2. Langkah-langkah CTL
CTL dapat
diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang
bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis
besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan fikiran bahwa siswa akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Laksanakan sejauh mungkin inkuiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat untuk belajar
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai
cara.
3. Karakteristik pembelajaran CTL
1. Saling bekerja sama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh hasil kerja siswa
peta-peta,artikel,humor dan lain-lain.
11. Laporkan kepda orang tua bukan hanya rapor tapi hasil
kerja siswa ,laporkan hasil pratikum,karangan siswa dan lain-lain.
Dalam
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran,
dan authentic assessment-nya.
Dalam
konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan
mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan
pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan
program untuk pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario
pembelajarannya
Beberapa
komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang
dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (
making meaningful connections )
Keterkaitan
yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran
kontektual.ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik,
ilmu pengetahuan alam, atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri mereka
menemukan makna dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan
pembelajaran dengan kehidupanseseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti
Model
pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang di lakukan di
dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri.
Pembelajaran
yang di atur sendiri ,merupakan pembelajaran yang aktif ,mandiri,melibatkan
kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan
cara-cara yang yang berarti bagi siswa, pembelajaran yang di atur siswa
sendiri,memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerja sama
Siswa
dapat bekerja sama guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok
membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami
bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berfikir kritis dan kreatif.
Pembelajaran
kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi
berfikir kritis dan berfikir kreatif . berfikir kritis adalah suatu kecakapan
nalar secara teratur kecakapan sistematis
dalam menilai memecahkan masalah menarik keputusan , memberi keyakinan
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah , berfikir kreatif adalah suatu
kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa
Dalam
pembelajaran kontekstual bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan
intelektual dan keterampilan tetapi juga aspek-aspek kepribadian : integritas
pribadi,sikap minat,tanggung jawab disiplin,motif berprestasi dsb,guru dalam
pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor, tugas dan
kegiatan yang akan di lakukan siswa harus sesuai dengan minat , kebutuhan dan
kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi
Pembelajaran
kontektual di arahkan agar siswa berkembang secara optimal,mencapai keunggulan,
asalkan saja di bantu oleh guru nya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan
penilaian yang otentik
Penilain
autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan
akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu, penilainnya autentik
merupakan antitesis dari ujian standar penilaian, autentik memberi kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang mereka
ketahui
4. Implementasi Pembelajaran Kontekstual di
Kelas
Pendekatan
CTL memiliki tujuh komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika
menerapkan ke tujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya.
Secara garis besar langkah-langkah penerapatan CTL
dalam kelas sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu
siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyaraka belajar
(belajar dalam kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir
pertemuan
7. Lakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara
Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut:
a. Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL. Pembelajaran
konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif
dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang
siap dipraktekkan, melainkan harus dkonstruksi terlebih dahulu dan memberikan
makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah sebagai
berikut:
1. Proses pembelajaran lebih utama
dari pada hasil pembelajaran.
2. Informasi bermakna dan
relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi
verbalistis.
3. Siswa mendapatkan
kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
4. Siswa diberikan kebebasan untuk
menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
5. Pengetahuan siswa tumbuh
dan berkembang melalui pengalaman sendiri.
6. Pengalaman siswa akan berkembang
semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
7. Pengalaman siswa bisa
dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun dari pengetahuan yang sudah
ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).
b. Bertanya (Questioning
Komponen
ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran CTL
dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui
sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui
perkembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi lain, kenyataan menunjukkan
bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya.
Prinsip
yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen
bertanya sebagai berikut.
1. Penggalian
informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya.
2. Konfirmasi
terhadap apa yang sudah diketahui siswa lebih efektif melalui tanya jawab.
3. Dalam
rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat
diskusi baik kelompok maupun kelas.
4. Bagi
guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
5. Dalam
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk: menggali
informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui
kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, memfokuskan
perhatian siswa sesuai yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak
pertanyaan bagi diri siswa, dan menyegarkan pengetahuan siswa.
c. Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari
pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna
untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat
seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
Prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1 .Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa
menemukan sendiri.
2. Informasi yang diperoleh
siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh
siswa.
3. Siklus inquiry adalah observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan penyimpulan.
4. Langkah-langkah kegiatan inquiry: merumuskan masalah;
mengamati atau melakukan observasi; menganalisis dan menyajikan hasil dalam
tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain; mengkomunikasikan atau
menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang
lain).
d. Masyarakat belajar (learning
community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar
teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di
dalam maupun di luar kelas. Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam diskusi
kelompok dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi sangat mendukung
komponen learning community.
Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran
yang berkonsentrasi pada komponen learning community adalah
sebagai berikut.
1. Pada dasarnya hasil belajar
diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak lain.
2. Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan
saling menerima informasi.
3. Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau
multiarah.
4. Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat
di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya
bermanfaat bagi yang lain.
5. Siswa yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa
menjadi sumber belajar
e. Pemodelan (modelling)
Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan
pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang
dimaksud bisa berupa pemberian contoh, misalnya cara mengoperasikan sesuatu,
menunjukkan hasil karya, mempertontonkan suatu penampilan. Cara pembelajaran
semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau
memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya.
Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan
guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada
model atau contoh yang bisa ditiru.
2. Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau
dari ahlinya.
3. Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh
hasil karya, atau model penampilan.
f. Refleksi
(reflection)
Komponen
yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah
perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa
yang baru saja dipelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas,
atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau
saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru
diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa
agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru.
Prinsip-prinsip
dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi
adalah sebagai berikut.
1. Perenungan
atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas
pengetahuan sebelumnya.
2. Perenungan
merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diperolehnya.
3. Perenungan
bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat
catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk kerja.
g.. Penilaian
autentik (authentic assessment)
Komponen
yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa
ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses
belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses
mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau
dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran.
Sehubungan
dengan hal tersebut, prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian guru ketika
menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1. Penilaian autentik bukan menghakimi siswa,
tetapi untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa.
2. Penilaian
dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses dan hasil.
3. Guru
menjadi penilai yang konstruktif (constructive evaluators) yang dapat
merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang
mereka ketahui dengan berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar
siswa dalam berbagai konteks belajar.
4. Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa
untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self assessment) dan penilaian
sesama (peer assessment).
Daftar Pustaka
depdiknas. Direktorat pembinaan SMA 2009. Pengembangan
pembelajaran yang efektif bahan bimbingan teknis KTSP. Jakarta ibrahim
R,Syaodih S Nana 2003 . perencanaan pengajaran .jakarta : rineka cipta Sudjana
,Nana 1989. Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar bandung sinar baru.
TUGAS
INDIVIDU
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING )
d
i
s
u
s
u
n
oleh:
nama: riyanti oktavia
041025036
FAKULTAS PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar